Belakangan ini, suhu di kawasan Bandung Raya mengalami peningkatan yang signifikan, membuat suasana menjadi terik. Meskipun demikian, menurut prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada awal bulan Oktober, kawasan Bandung Raya dan wilayah lain di Jawa Barat diperkirakan akan kembali disiram hujan. Ini ibarat dua sisi mata uang; di satu sisi, cuaca panas menyengat, namun di sisi lain, harapan akan hujan membawa kesejukan dan kesuburan kembali.
Lantas, apa yang menyebabkan wilayah Bandung Raya kembali mengalami cuaca panas?
“Saat ini MJO aktif pada kuadran 3 menunjukkan kondisi yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan untuk wilayah Indonesia hingga sepekan kedepan. Anomali SST +0.5 s/d +2.7 °C cukup hangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awan awan hujan,” kata Kepala BMKG Stasiun 1 Bandung Teguh Rahayu.
Menurut Ayu, yang akrab disapa Teguh Rahayu, berdasarkan analisis prediksi kondisi global, regional, dan probabilistik, cuaca di wilayah Jawa Barat umumnya diperkirakan akan berawan hingga cerah berawan. Selain itu, ada potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di beberapa daerah di Jawa Barat. Di samping itu, potensi angin kencang masih mungkin terjadi di sebagian wilayah tersebut.
“Di Bandung Raya terdapat pengaruh lokal yang mendukung potensi pertumbuhan awan konvektif yakni kelembapan udara yang lembap pada lapisan 850 mb dan 700 mb wilayah Bandung Raya yaitu 60 – 95%,” ungkapnya.
Ayu menjelaskan bahwa analisis streamline atau pola angin menunjukkan bahwa wilayah ini mengalami penurunan dominasi angin timuran atau monsun Australia, serta mulai masuknya angin baratan. Perubahan ini dapat memengaruhi kondisi cuaca di daerah tersebut.
“Suhu minimum di Bandung Raya di antara 19 – 22 °C dan suhu maksimum di Bandung Raya di antara 29-32°C,” tuturnya.
Ayu menjelaskan bahwa prediksi musim untuk bulan Oktober menunjukkan bahwa sebagian wilayah Jawa Barat telah memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Peralihan ini ditandai oleh melemahnya dominasi angin timuran serta meningkatnya tutupan awan konvektif yang signifikan, yang berpotensi menghasilkan hujan.
“Awal Musim Hujan di sebagian besar wilayah Jawa Barat dimulai pada Bulan Oktober kecuali untuk Tasikmalaya dan Pangandaran pada dasarian 3 September, dan Karawang, Bekasi, Subang dan Indramayu pada awal dan pertengahan November,” jelasnya.
Menurut Ayu, beberapa daerah di Jawa Barat kini memasuki masa transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi dampak cuaca selama peralihan ini. Perubahan suhu yang signifikan antara malam atau pagi yang dingin dan siang yang terik dapat terjadi, serta potensi hujan ringan hingga sedang yang mungkin disertai dengan petir atau kilat dan angin kencang pada siang, sore, atau malam hari.
“Bagi yang sedang beraktivitas di luar ruangan apabila terjadi cuaca buruk diharapkan untuk berlindung ditempat yang aman. Masyarakat diharapkan mulai waspada terhadap bencana hidrometeorologis, berupa genangan, banjir, tanah longsor dan angin kencang,” pungkasnya.