Keinginan Meutya Hafid untuk Internet Super Cepat, Operator Fokus pada Masalah Frekuensi - Beritakarya.id

Keinginan Meutya Hafid untuk Internet Super Cepat, Operator Fokus pada Masalah Frekuensi

Setelah resmi dilantik sebagai Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid menetapkan target untuk meningkatkan kecepatan internet di Indonesia agar tidak hanya merata, tetapi juga cepat. Dalam konteks ini, operator seluler juga menyampaikan pandangannya mengenai frekuensi.

Saat ini, operator seluler masih memanfaatkan pita frekuensi 900 MHz, 1.800 MHz, 2,1 GHz, dan 2,3 GHz untuk memberikan layanan telekomunikasi kepada pelanggan. Namun, spektrum frekuensi yang ada terbagi antara tiga teknologi seluler, yaitu 2G, 3G, dan 5G.

Keterbatasan frekuensi menyebabkan operator seluler menghadapi kesulitan dalam meningkatkan kualitas layanan, sehingga adopsi teknologi terbaru seperti 5G masih terasa seperti koneksi 4G.

“Makanya kita berharap Komdigi -sebelumnya Kominfo- yang baru dengan semua stakeholder seluruh operator seluler bersama ATSI, kita bisa membahas lelang frekuensi dengan tujuan dari Komdigi punya visi seperti apa, kita duduk bareng,” ujar VP Corporate Communications & Social Responsibility, Saki Hamsat Bramono di Jakarta, Rabu (23/10/2024).

Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana untuk mengadakan lelang frekuensi 700 MHz, 2,6 GHz, dan 26 GHz pada tahun depan. Penambahan spektrum ini diharapkan menjadi angin segar bagi operator seluler.

Namun, di sisi lain, harga lelang menjadi tantangan tersendiri. Saki mengungkapkan bahwa solusi harus dicari melalui kerjasama dengan semua pihak yang terlibat.

Telkomsel, hingga saat ini, tetap berkomitmen untuk menyediakan layanan telekomunikasi yang tidak hanya optimal, tetapi juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Beberapa waktu lalu, Telkomsel mencetak sejarah dalam dunia kedokteran di tanah air dengan berhasil melakukan operasi bedah menggunakan teknologi robotik yang dapat dikontrol dari jarak jauh. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran penting teknologi 5G.

Operasi ini melibatkan kolaborasi tim dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana di Jakarta dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah di Bali. Tim tersebut berhasil melakukan operasi pengangkatan kista ginjal pada seorang pasien yang berada di Jakarta, sementara dokter bedah melakukan prosedur tersebut dari Bali.

“Kemarin 5G kita use case terkait telesurgery robotic itu pakai 5G bisa (kecepatan) 400-500 Mbps, bahkan 1.000 Mbps. Kalau 5G, saya rasa sampai 1.500 Mbps juga bisa, tapi itu tergantung nanti infrastruktur dari frekuensi yang dipakai,” pungkasnya.