Militer Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza, dengan beberapa di antaranya mengenai sekolah yang kini digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi perang. Akibat serangan tersebut, setidaknya 15 orang tewas dalam rentetan serangan terbaru yang dilancarkan Tel Aviv pada Rabu (27/11) waktu setempat.
Menurut laporan pejabat kesehatan di Jalur Gaza, yang dikutip oleh Reuters dan Al Arabiya pada Rabu (27/11/2024), setidaknya delapan warga Palestina tewas dalam serangan yang menghantam Sekolah Al-Tabeaeen, tempat penampungan bagi keluarga-keluarga pengungsi di Gaza City.
Menurut petugas medis setempat, korban tewas dalam serangan tersebut termasuk dua anak laki-laki dari mantan juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum. Kematian kedua anaknya tersebut telah dikonfirmasi oleh Barhoum secara terpisah.
Puluhan orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka akibat serangan yang terjadi di kawasan tersebut.
Sementara itu, di area Shejala yang terletak di pinggiran Gaza City, serangan Israel lainnya menewaskan sedikitnya empat orang.
Tiga orang lainnya tewas dalam serangan udara Tel Aviv yang menghantam area Beit Lahiya, di ujung utara Jalur Gaza, di mana pasukan Israel telah beroperasi sejak bulan lalu.
Rentetan serangan udara di Jalur Gaza berlangsung bersamaan dengan dimulainya gencatan senjata di Lebanon, setelah Israel dan Hizbullah mencapai kesepakatan yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis. Perjanjian ini menjadi salah satu kemenangan langka bagi diplomasi di kawasan yang telah diguncang oleh dua perang besar dalam setahun terakhir.
Hizbullah, yang didukung oleh Iran, mulai menembakkan rudal ke wilayah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas, yang telah berperang melawan Israel sejak Oktober tahun lalu.
Serangan-serangan Israel yang melanda Jalur Gaza selama lebih dari setahun terakhir telah menyebabkan hampir 44.200 orang tewas dan memaksa hampir seluruh penduduk di wilayah kantong Palestina tersebut mengungsi.
Setelah berbulan-bulan upaya untuk merundingkan gencatan senjata di Jalur Gaza, perundingan tersebut hanya mencapai sedikit kemajuan dan kini terhenti. Qatar, yang bertindak sebagai mediator, menyatakan bahwa pihaknya telah memberitahu kedua pihak yang bertikai bahwa perundingan akan ditunda hingga keduanya siap untuk membuat konsesi.
Setelah mengumumkan gencatan senjata di Lebanon, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa pemerintahannya terus berupaya mendorong tercapainya gencatan senjata di Jalur Gaza.
Seorang pejabat senior Hamas menyatakan kesiapan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza, setelah kesepakatan penghentian pertempuran antara Israel dan Hizbullah di Lebanon tercapai. Hamas juga memberikan pujian atas kesepakatan gencatan senjata tersebut di Lebanon.
“Kami telah memberitahu para mediator di Mesir, Qatar dan Turki bahwa Hamas siap untuk perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan serius untuk pertukaran tahanan,” ucap seorang pejabat senior Hamas, yang tidak disebut namanya, saat berbicara kepada AFP.