Bumi Semakin Panas: Laut Menghangat 400% Lebih Cepat dari Perkiraan - Beritakarya.id

Bumi Semakin Panas: Laut Menghangat 400% Lebih Cepat dari Perkiraan

Sejak 2023, anomali suhu global yang terus meningkat telah memicu serangkaian bencana alam ekstrem di berbagai belahan dunia. Gelombang panas yang tak terkendali telah menjadi pemicu kebakaran hutan hebat di Los Angeles, California, sementara hujan deras menyebabkan banjir besar di Valencia, Spanyol. Kondisi ini mendorong para ilmuwan untuk berpacu dalam mencari jawaban atas fenomena yang semakin mengkhawatirkan ini.

Salah satu faktor utama yang kini menjadi sorotan adalah pemanasan permukaan laut yang terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh University of Reading, Inggris, mengungkap bahwa laju pemanasan permukaan laut saat ini empat kali lebih cepat dibandingkan akhir 1980-an.

Mengapa Lautan Memanas dengan Cepat?

Para ilmuwan mengajukan beberapa hipotesis yang mungkin menjadi penyebab utama percepatan pemanasan laut ini. Beberapa faktor yang diduga berperan di antaranya:

  1. Letusan Gunung Api Bawah Laut Hunga Tonga-Hunga Ha’apai (2022)
    • Erupsi ini mengeluarkan sejumlah besar uap air ke atmosfer, yang bertindak sebagai perangkap panas alami dan meningkatkan suhu global.
  2. Penurunan Emisi Aerosol Pendingin
    • Sejak 2020, regulasi industri pelayaran diperketat untuk mengurangi polusi sulfur, yang sebelumnya membantu memantulkan sebagian radiasi matahari kembali ke luar angkasa.
  3. Siklus Aktivitas Matahari yang Memuncak
    • Matahari saat ini berada dalam fase aktivitas maksimum, yang berarti lebih banyak radiasi matahari yang sampai ke Bumi, turut meningkatkan suhu global.

Namun, meskipun semua faktor ini digabungkan, mereka masih belum cukup untuk sepenuhnya menjelaskan lonjakan suhu yang terjadi.

Laju Pemanasan Laut Semakin Cepat

Untuk memahami tren ini lebih dalam, ahli meteorologi Chris Merchant dan timnya menganalisis data satelit sejak 1985 guna menghitung perubahan laju pemanasan permukaan laut.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research Letters menunjukkan bahwa laju pemanasan permukaan laut pada 1980-an hanya sekitar 0,06°C per dekade, tetapi kini meningkat drastis menjadi 0,27°C per dekade.

Tim peneliti juga menekankan bahwa peningkatan ini tidak terjadi secara linear, melainkan semakin cepat dari waktu ke waktu.

Meskipun fenomena El Niño yang terjadi baru-baru ini memang berkontribusi pada peningkatan suhu, studi ini memperkirakan bahwa sekitar 44% dari pemanasan yang terjadi sebenarnya disebabkan oleh lautan yang menyerap panas jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dampak Mengerikan bagi Bumi

Merchant memberikan analogi menarik untuk menggambarkan situasi ini:

“Jika lautan adalah bak air, maka pada 1980-an, keran air panas mengalir perlahan, memanaskan air hanya sepersekian derajat setiap dekade. Namun sekarang keran air panas mengalir jauh lebih cepat, dan pemanasan telah meningkat pesat,” jelasnya, dikutip dari Science Alert.

Para peneliti memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut, dalam 20 tahun ke depan suhu permukaan laut bisa meningkat lebih besar dibandingkan kenaikan yang terjadi dalam 40 tahun terakhir.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar yang belum terjawab: Apa yang sebenarnya mendorong ketidakseimbangan energi di Bumi ini?

Pemanasan laut yang semakin intens telah menghancurkan ekosistem laut, menyebabkan kematian massal satwa liar, merusak hasil pertanian akibat cuaca ekstrem, serta memperburuk berbagai penyakit dan kondisi kesehatan manusia.

Urgensi Pengurangan Emisi

Situasi ini membuat para ilmuwan semakin menekankan perlunya tindakan drastis dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

“Para pembuat kebijakan dan masyarakat luas harus menyadari bahwa laju pemanasan global selama beberapa dekade terakhir merupakan panduan yang buruk untuk perubahan yang lebih cepat yang mungkin terjadi selama beberapa dekade mendatang, yang menggarisbawahi urgensi pengurangan besar dalam pembakaran bahan bakar fosil,” tulis Merchant dan rekan-rekannya.

Para ahli telah menyusun berbagai strategi untuk mencoba menstabilkan ekosistem planet ini, tetapi tanpa tindakan nyata dari pemerintah dan industri, upaya tersebut mungkin tidak akan cukup.

Langkah Kecil yang Menyelamatkan Masa Depan

Sejatinya, manusia telah lama mengetahui solusi dari krisis iklim ini: mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbarukan. Namun, industri bahan bakar fosil yang mendapat subsidi besar masih terus memperburuk keadaan.

Setiap upaya kecil yang kita lakukan sekarang—baik dalam mengurangi emisi karbon, beralih ke energi hijau, atau mendukung kebijakan ramah lingkungan—akan berdampak besar pada kehidupan generasi mendatang.

Tidak ada kata terlambat untuk bertindak, tetapi semakin lama kita menunda, semakin suram masa depan planet ini.