Konflik Memanas di Suriah, Korban Jiwa Tembus 1.000 Orang - Beritakarya.id
Berita  

Konflik Memanas di Suriah, Korban Jiwa Tembus 1.000 Orang

Suriah kembali dilanda gelombang kekerasan yang mengguncang stabilitas nasional. Lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan hebat di wilayah pesisir, menjadikannya insiden paling mematikan sejak tergulingnya Bashar al-Assad dari kursi kepemimpinan. Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, menyerukan persatuan serta perdamaian demi menyatukan kembali bangsa yang tengah dilanda gejolak.

Menurut laporan AFP, Minggu (9/3/2025), bentrokan yang terjadi pada Kamis lalu mempertemukan pasukan keamanan baru dengan kelompok pendukung rezim lama. Pertempuran tersebut meletus di sepanjang kawasan pantai Mediterania, daerah yang menjadi basis minoritas Alawite, kelompok asal mantan Presiden Assad.

Ketegangan ini berkembang menjadi tantangan paling besar bagi pemerintahan baru yang dipimpin koalisi Islamis Sharaa sejak berhasil mengambil alih kekuasaan pada bulan Desember lalu. Dalam sebuah pernyataan dari masjid di Damaskus, Sharaa menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kedamaian.

“Kita harus menjaga persatuan nasional (dan) perdamaian sipil sebisa mungkin dan, Insyaallah, kita akan dapat hidup bersama di negara ini,” ujar Sharaa.

Ribuan Korban Jiwa dalam Bentrokan Brutal

Berdasarkan pemantauan Syrian Observatory for Human Rights, total 745 warga sipil kehilangan nyawa mereka di provinsi Latakia dan Tartus. Lembaga berbasis di Inggris tersebut menyebut banyak korban tewas akibat ‘eksekusi’ yang dilakukan oleh pasukan keamanan serta kelompok pejuang pro-pemerintah. Selain itu, aksi penjarahan terhadap rumah-rumah penduduk turut memperparah situasi.

Konflik bersenjata ini juga menelan korban dari pihak militer. Observatory mencatat bahwa 125 anggota pasukan keamanan dan 148 pejuang loyalis Assad turut gugur, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan mencapai 1.018 orang.

Merespons situasi yang memburuk, kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan bahwa pemerintah telah mengerahkan pasukan keamanan ke Latakia, serta kota Jableh dan Baniyas yang berada di selatan, guna mengembalikan ketertiban.

Seorang warga Baniyas, Samir Haidar (67), menceritakan kepada AFP bahwa dua saudara laki-lakinya beserta keponakannya tewas dibunuh oleh kelompok bersenjata yang memasuki rumah-rumah warga. Haidar juga mengungkapkan bahwa di antara kelompok tersebut terdapat individu asing. Meski berasal dari komunitas Alawite, ia merupakan bagian dari oposisi sayap kiri yang menentang Assad dan pernah dipenjara lebih dari satu dekade di bawah kekuasaan rezim lama.

Pemerintah Berupaya Mengendalikan Situasi

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Hassan Abdul Ghani, menegaskan bahwa pasukan pemerintah telah mengambil kembali kendali atas daerah-daerah yang sempat jatuh ke tangan loyalis Assad.

“Dilarang keras mendekati rumah mana pun atau menyerang siapa pun yang berada di dalam rumah mereka,” ujar Ghani dalam sebuah video yang dirilis oleh SANA.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Nazir al-Qadri mengumumkan kebijakan darurat berupa penutupan sekolah-sekolah di provinsi Latakia dan Tartus pada hari Minggu dan Senin karena kondisi keamanan yang belum stabil.

SANA juga melaporkan bahwa wilayah Latakia mengalami pemadaman listrik total akibat serangan terhadap jaringan distribusi oleh loyalis Assad. Sementara itu, Syrian Observatory melaporkan bahwa bentrokan bermula dari aksi penangkapan seorang tersangka yang dicari di desa berpenduduk mayoritas Alawite.

Kekerasan yang terus berlanjut ini memperlihatkan betapa rentannya stabilitas Suriah pasca-penggulingan Assad. Seruan damai yang diutarakan pemerintah menjadi harapan bagi banyak pihak agar konflik tidak semakin membesar dan lebih banyak korban jiwa dapat dihindari.