Fenomena Topan Super Yagi: Mengapa Asia Timur Menjadi Sasaran Utama? - Beritakarya.id
Berita  

Fenomena Topan Super Yagi: Mengapa Asia Timur Menjadi Sasaran Utama?

Topan yang sangat kuat menjadi peristiwa cuaca pertama tahun ini, muncul di atas perairan hangat Samudra Pasifik bagian barat pada hari Kamis (5/9). Topan Yagi, yang menakutkan, kini bergerak menuju wilayah daratan di China Selatan, Filipina, dan Vietnam. Berbagai video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan dengan jelas betapa mengerikannya kekuatan topan ini, seolah-olah menggambarkan pertempuran antara elemen alam yang mengamuk dan masyarakat yang terancam. Fenomena ini mengingatkan kita akan kebesaran alam yang sekaligus bisa menjadi penghancur dan pelindung.

Setelah muncul sebagai siklon tropis di Laut Filipina pada hari Minggu (1/9), badai yang sangat mengerikan ini mencapai intensitas puncaknya pada sore hari Kamis (5/9) waktu setempat, dengan kecepatan angin mencapai maksimum 234 km/jam. Angin dengan kecepatan ini sebanding dengan kekuatan badai Kategori 4, menggambarkan betapa dahsyatnya badai tersebut. Dengan kekuatan ini, badai Yagi menunjukkan sifat destruktif yang dapat membawa dampak besar terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Para ahli meteorologi memprediksi bahwa badai akan mengalami pelemahan sebelum mencapai Pulau Hainan di China pada akhir pekan (8/9). Meskipun demikian, pulau yang dikenal sebagai destinasi wisata populer ini tetap akan menghadapi angin kencang dan hujan, yang berpotensi menyebabkan banjir.

Diperkirakan, Yagi akan menjadi badai terkuat yang melanda wilayah tersebut dalam sepuluh tahun terakhir. Sebagai langkah mitigasi bencana, pemerintah di provinsi-provinsi Hainan dan Guangdong, China Selatan, terpaksa menutup sekolah, membatasi akses ke jembatan, serta menghentikan penerbangan. Tindakan ini diambil untuk memastikan keselamatan warga dan mengurangi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh badai yang mengancam ini.

Terbentuknya Topan Yagi

Kekuatan mengerikan Topan Yagi tidak mengejutkan, sesuai dengan prediksi sebelumnya. Secara unik, Samudra Pasifik bagian barat memiliki kemampuan untuk menampung beberapa badai terkuat di planet ini. Wilayah ini menjadi saksi bisu dari banyaknya fenomena cuaca ekstrem yang dapat mengguncang kehidupan di sekitarnya, menciptakan tantangan besar bagi para ilmuwan dan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

Topan merupakan bentuk siklon tropis yang sangat kuat, di mana istilah ini merujuk pada sistem tekanan rendah yang terbentuk melalui proses tertentu, berbeda dengan tekanan rendah yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembentukan ini melibatkan interaksi kompleks antara suhu laut yang hangat, kelembapan atmosfer, dan kondisi angin, menghasilkan badai yang memiliki potensi merusak yang signifikan saat bergerak menuju daratan.

Badai petir yang kuat yang terbentuk di sekitar pusat tekanan rendah berfungsi sebagai mesin penggerak bagi sistem ini. Energi yang diperlukan untuk keberlangsungan dan pertumbuhan badai tersebut berasal dari air laut yang hangat, yang menjadi sumber daya vital saat mereka berputar melalui daerah tropis. Proses ini menciptakan kondisi yang ideal bagi badai untuk tumbuh semakin kuat, mengumpulkan kekuatan saat melintasi perairan yang kaya akan panas.

Badai ini mampu bertahan selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, asalkan mereka terus memiliki akses ke air hangat dan kondisi atmosfer yang mendukung. Dengan adanya sumber panas yang memadai dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, badai dapat terus menguat dan berkembang, menciptakan siklus yang memungkinkan mereka untuk bertahan dalam waktu yang lama.

Semua siklon tropis di seluruh dunia memiliki kesamaan, tetapi nama yang diberikan kepada mereka bervariasi tergantung pada lokasi mereka terbentuk. Di Atlantik, siklon tropis yang sudah berkembang disebut badai, sementara di Samudra Pasifik bagian barat, fenomena serupa ini dikenal sebagai topan. Perbedaan istilah ini mencerminkan tradisi dan kebudayaan lokal yang mengawasi dan melaporkan fenomena cuaca ekstrem tersebut.

Ketika kecepatan angin topan yang berkelanjutan mencapai minimal 150 mph, yang setara dengan badai Kategori 4 tingkat tinggi, fenomena tersebut dikenal sebagai ‘topan super.’ Istilah ini menunjukkan intensitas dan kekuatan luar biasa dari siklon tropis tersebut, menandakan potensi dampak yang signifikan terhadap wilayah yang dilaluinya. Topan super menjadi perhatian serius bagi para ilmuwan dan ahli cuaca, mengingat kemampuannya untuk menyebabkan kerusakan yang meluas dan ancaman terhadap keselamatan masyarakat.

Sering Terjadi di Samudra Pasifik

Banyak orang mungkin bertanya-tanya mengapa topan mengerikan seperti Yagi sering melanda negara-negara Asia Timur seperti China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Mongolia. Namun, kenyataannya, bukan hanya negara-negara tersebut yang terpengaruh; negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, juga sangat rentan terhadap dampak topan ini.

Buktinya, Topan Yagi menerjang Vietnam dan Filipina setelah merusak China. Mengutip laporan dari Reuters, kombinasi topan, tanah longsor, dan banjir yang menyertainya mengakibatkan 21 orang tewas dan 229 lainnya terluka di Vietnam. Di Pulau Hainan, China Selatan, topan ini merenggut nyawa empat orang, sementara di Filipina, angka kematian mencapai 20 orang.

Fenomena ini disebabkan oleh keberadaan topan besar yang berasal dari Samudra Pasifik, yang memiliki dampak paling signifikan pada wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut informasi dari Wired.com, topan yang sangat kuat cukup sering muncul di bagian barat Samudra Pasifik.

Antara tahun 1945 dan 2022, para ahli meteorologi telah mencatat ratusan topan mengerikan di kawasan ini. Dari jumlah tersebut, lebih dari 200 badai mencapai intensitas yang setara dengan badai Kategori 5, menunjukkan kekuatan luar biasa yang sering kali menghantam wilayah tersebut.

Di tahun 2021, wilayah Samudra Pasifik bagian barat menyaksikan empat topan mengerikan yang setara dengan Kategori 5. Salah satu badai yang paling mematikan, Topan Rai, merenggut lebih dari 400 nyawa ketika menghantam bagian utara Filipina, hanya beberapa saat setelah mencapai puncak kekuatannya.

Dalam kurun waktu yang sama (1945-2022), hanya terdapat 30 badai yang berhasil mencapai intensitas Kategori 5 di Samudra Atlantik, jika dibandingkan dengan aktivitas yang jauh lebih tinggi di Samudra Pasifik.

Tidak hanya frekuensi badai dahsyat di Atlantik yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan belahan dunia lainnya, tetapi juga badai tingkat tinggi di Atlantik cenderung mencapai puncaknya dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan badai topan di kawasan lain.

Samudra Pasifik Langganan Topan Dahsyat

Mengapa Samudra Pasifik, khususnya di bagian barat, menjadi kawasan yang ‘subur’ bagi pertumbuhan topan dahsyat? Semua ini berkaitan dengan sifat alami siklon tropis yang sangat rentan.

Meskipun badai ini memiliki potensi yang besar, ia tetap rapuh dan memerlukan adanya unsur-unsur kunci agar bisa berkembang dan meluncur dengan sukses.

Perairan hangat memainkan peranan krusial dalam proses ini. Kawasan Asia Tenggara menjadi sorotan utama, terutama karena wilayah ini, seperti banyak daerah lain di dunia, telah mengalami kenaikan suhu permukaan laut dalam satu tahun terakhir.

Suhu air yang mencapai 29 derajat Celsius atau lebih tinggi dapat memfasilitasi pembentukan badai petir, sekaligus menyediakan semua energi yang diperlukan untuk mencapai potensi penuhnya.

Suhu rata-rata perairan di sekitar Filipina saat ini melebihi 31 derajat Celsius. Meskipun demikian, suhu air hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang berperan dalam pembentukan badai.

Agar badai petir dapat tumbuh dan berkembang, diperlukan kelembapan yang cukup di atmosfer. Ketika udara kering mendominasi, hal ini dapat menghambat perkembangan badai petir dan mendorong sistem yang baru terbentuk untuk gagal berkembang dengan baik.

Siklon tropis yang sedang dalam tahap perkembangan juga memerlukan kondisi angin yang tenang di sekitarnya. Jika terdapat terlalu banyak gesekan angin, hal ini dapat merusak bagian atas badai petir dan memaksanya untuk padam sebelum sempat berkembang sepenuhnya.

Kejadian badai hebat relatif jarang ditemukan di Samudra Atlantik karena ‘bahan-bahan’ yang diperlukan untuk pembentukannya sulit diperoleh secara konsisten. Banyak faktor dapat menyebabkan kegagalan, seperti embusan udara kering dari Gurun Sahara di Afrika, yang telah menghancurkan banyak badai yang sedang dalam tahap perkembangan.

Front dingin yang melintasi Amerika Serikat juga dapat menciptakan kondisi atmosfer yang sangat tidak mendukung bagi pertumbuhan siklon tropis di atas Samudra Atlantik.

Situasinya sangat berbeda di wilayah barat Samudra Pasifik. Di sana, front dingin, geseran angin yang kuat, dan masuknya udara kering jarang menjadi kendala. Sebaliknya, Asia Tenggara dan negara-negara kepulauan seperti Filipina menikmati kondisi kelembapan yang stabil sepanjang tahun.

Beberapa topan super paling mematikan dalam sejarah manusia terjadi selama bulan-bulan dingin, seperti Topan Rai yang melanda pada Desember 2021 dan Topan Haiyan yang terjadi pada November 2013, yang merenggut lebih dari 6.500 nyawa.

Kondisi di Pasifik Barat dapat menyebabkan terbentuknya puluhan badai setiap musim. Banyaknya badai yang terbentuk meningkatkan kemungkinan beberapa di antaranya dapat mencapai kapasitas penuh dan berkembang menjadi topan dahsyat yang dapat menimbulkan malapetaka ketika menghantam daratan.