Profil Wasit PON Aceh VS Sulteng, Eko Agus Sugih Harto Dibogem Pemain - Beritakarya.id
Berita  

Profil Wasit PON Aceh VS Sulteng, Eko Agus Sugih Harto Dibogem Pemain

Nama pengadil lapangan Eko Agus Sugih Harto mendapat perhatian publik belakangan ini usai berlangsungnya laga sepak bola yang penuh tensi antara tim putra Aceh melawan Sulawesi Tenggara dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 Aceh-Sumut pada hari Sabtu, 14 September 2024.

Dalam laga yang diwarnai oleh tiga kartu merah, wasit Eko Agus Sugih Harto menjadi korban serangan fisik oleh salah satu pemain Sulawesi Tenggara bernomor punggung 15, Rizki Saputra. Rizki melayangkan pukulan ke arah kepala sang wasit hingga menyebabkan Eko terjatuh di lapangan.

Pertandingan yang digelar di Stadion Dimurthala, Banda Aceh pada Sabtu malam Waktu Indonesia Barat (WIB) semakin memanas hingga memuncak dengan keputusan tim Sulawesi Tenggara untuk walk out (WO). Keputusan ini secara otomatis memastikan tim sepak bola putra Aceh melaju ke babak semifinal Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI.

Profil Eko Agus Sugih Harto, Wasit PON Aceh VS Sulteng Kontroversial

Eko Agus Sugih Harto terdaftar sebagai wasit di situs web Transfermarkt, yang menyoroti kariernya sebagai pengadil dalam berbagai laga, termasuk di Liga 2 Indonesia. Wasit berusia 39 tahun ini berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan, dan telah mengantongi lisensi wasit A Nasional, yang menunjukkan kualifikasinya untuk memimpin pertandingan di tingkat nasional.

Selain berprofesi sebagai wasit di liga nasional Indonesia, Eko Agus Sugih Harto juga menjalankan perannya sebagai guru olahraga di SMPN 2 Belitang Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan. Perannya sebagai pendidik menambah dimensi lain dalam kariernya, di mana ia membimbing siswa dalam bidang pendidikan jasmani sambil tetap aktif memimpin pertandingan di tingkat nasional.

Eko Agus Sugih Harto dijadwalkan memimpin empat pertandingan sepak bola dalam ajang PON XXI Aceh-Sumut 2024. Pada laga Aceh melawan Sulawesi Tenggara, ia bertugas bersama Asisten Wasit Hilmi Isthofan, yang berasal dari Jakarta Selatan, membentuk tim kepemimpinan di lapangan untuk memastikan jalannya pertandingan sesuai regulasi.

Kronologi Wasit Eko Sugih Harto Dibogem Pemain Sulteng

Di awal pertandingan, tim sepak bola Sulawesi Tengah sempat memimpin dengan skor 1-0 setelah Wahyu Alan mencetak gol di menit ke-24. Tim Aceh berusaha keras mengejar ketertinggalan pada menit ke-33 melalui tendangan bebas Resi Wahyudi dari sisi luar kotak penalti. Namun, usaha tersebut gagal membuahkan gol karena kiper Sulawesi Tengah, Rexy, berhasil menepis bola sebelum akhirnya dibuang keluar oleh lini pertahanan.

Pertandingan sempat terhenti pada menit ke-38 akibat perselisihan yang terjadi antara pelatih Sulawesi Tengah dan staf pelatih Aceh di pinggir lapangan. Insiden tersebut memicu emosi suporter tuan rumah, yang kemudian mulai melempar botol-botol minuman ke dalam lapangan, memperparah ketegangan yang sudah terasa dalam laga tersebut.

Setelah situasi mereda, pertandingan kembali dilanjutkan dengan wasit memberikan tambahan waktu selama tujuh menit sebelum babak pertama berakhir. Waktu tambahan ini diberikan sebagai kompensasi atas insiden yang sempat menghentikan jalannya laga.

Pasukan Sulteng berhasil mempertahankan keunggulan 1-0 mereka atas Aceh hingga jeda istirahat. Memasuki babak kedua, tim Aceh langsung meningkatkan intensitas permainan. Mereka hampir berhasil mencetak gol pada menit ke-46, menunjukkan determinasi untuk membalikkan keadaan.

Tendangan bebas yang dilakukan Tifatul Ulfi dari sisi kiri mengarah langsung ke gawang, namun Rexy, kiper Sulawesi Tengah, melakukan penyelamatan gemilang untuk menjaga gawangnya tetap aman.

Aceh menciptakan peluang lagi pada menit ke-58 berkat aksi cemerlang Akmal Juanda, yang berhasil melewati tiga pemain lawan sebelum melepaskan tendangan dari dalam kotak penalti. Namun, usaha tersebut belum membuahkan hasil karena bola melambung tinggi di atas gawang.

Aceh terus menggempur pertahanan Sulawesi Tengah, namun upaya tim tuan rumah belum mampu membobol gawang lawan. Pada menit ke-74, Sulawesi Tengah harus bermain dengan sepuluh pemain setelah wasit mengeluarkan kartu merah untuk Wahyu Alman. Pemain bernomor punggung 25 tersebut diusir dari lapangan karena mengangkat kaki terlalu tinggi saat mencoba membuang bola, hampir mengenai kepala pemain Aceh.

Setelah kehilangan satu pemain, Pasukan Sulteng mulai mengubah strategi dengan fokus pada pertahanan dan bermain cukup keras. Akibatnya, wasit mengeluarkan banyak kartu kuning, yang akhirnya berujung pada pemberian dua kartu merah tambahan kepada pemain Sulteng.

Ketika wasit memberikan kartu merah kedua untuk Sulawesi Tengah pada menit ke-85 kepada Moh Akbar, muncul protes yang cukup besar. Perselisihan sempat terjadi selama beberapa menit sebelum wasit memutuskan untuk menambahkan waktu 13 menit sebagai kompensasi.

Kontroversi puncak dalam pertandingan ini terjadi pada menit ke-97 ketika wasit memberikan hadiah penalti kepada tuan rumah Aceh. Tidak menerima keputusan tersebut, pemain Sulawesi Tengah bernomor punggung 15, Rizki Saputra, melakukan tindakan kekerasan dengan memukul wasit di bagian kepala hingga membuatnya terjatuh. Akibat insiden tersebut, wasit sempat mendapatkan perawatan medis di lapangan sebelum akhirnya dibawa keluar menggunakan mobil ambulan.

Insiden ini membuat pendukung tuan rumah marah dan melemparkan botol ke lapangan, yang memicu kericuhan. Akibatnya, pertandingan terhenti untuk sementara waktu. Setelah beberapa menit, pertandingan kembali dilanjutkan, dengan Rizki Saputra menerima kartu merah dari wasit, yang menjadi kartu merah ketiga untuk pasukan Sulteng.

Aceh melakukan eksekusi penalti, namun Rexy, kiper Sulawesi Tengah, berhasil melakukan penyelamatan gemilang untuk menggagalkan usaha tersebut.

Pertandingan masih dalam keadaan 0-1, namun beberapa saat kemudian, Aceh kembali mendapatkan kesempatan penalti setelah wasit menilai ada handball dari pemain Sulawesi Tengah. Akmal Juanda berhasil menjalankan tugasnya dengan sukses, membuat skor menjadi imbang 1-1. Setelah peluit panjang dibunyikan, pertandingan seharusnya dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.

Namun, tim Sulawesi Tengah memilih untuk mengundurkan diri alias walk out (WO), yang secara otomatis memastikan Aceh lolos ke semifinal. Dengan keputusan tersebut, langkah Sulawesi Tengah terhenti di babak 8 besar. Di semifinal, Aceh akan berhadapan dengan Jawa Timur, yang dijadwalkan berlangsung pada hari Senin, 16 September 2024.

Tanggapan PSSI Soal Wasit Eko Sugih Harto

“Memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan akan menjatuhkan sanksi terberat!” tegas Erick Tohir pada Minggu (15/9/2024), dikutip Antara News.

Erick mengungkapkan akan melakukan investigasi mendalam, dimulai dari kepemimpinan wasit yang dinilai penuh kejanggalan. Selain itu, reaksi tidak sportif yang ditunjukkan oleh pemain juga dipastikan akan mendapatkan sanksi terberat.

“Pastinya akan dilakukan investigasi mendalam. Indikasi pertandingan yang tidak fair menjadi materi serius yang ditelaah. Pun halnya reaksi pemain yang dipastikan berbuah sanksi yang sangat berat,” lanjut Erick Tohir

Sanksi larangan seumur hidup dapat dikenakan kepada wasit dan pihak-pihak terkait jika terbukti terlibat dalam pengaturan hasil pertandingan. Meski demikian, Erick menegaskan bahwa tidak ada alasan yang membenarkan tindakan pemukulan oleh pemain, dan pelanggaran tersebut akan dikenakan hukuman yang berat.

“Ini adalah tindakan kriminal yang punya konsekuensi hukum. Skandal soal keputusan wasit jadi hal lain yang juga punya konsekuensi hukum jika memang ternyata terindikasi diatur oleh oknum tertentu,” kata pa Erick.

PSSI menilai insiden ini telah merusak citra sepak bola Indonesia, yang tengah memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan. Untuk menjaga kehormatan olahraga ini dan mencegah terulangnya peristiwa serupa, Erick memastikan bahwa sanksi yang akan dikenakan akan menjadi salah satu yang paling berat.

“Tidak ada toleransi bagi pihak yang telah dengan sengaja melanggar komitmen fair play. Sanksi bukan sekadar hukuman melainkan statement dari sepak bola Indonesia yang tidak mentolerir sedikit pun praktik di luar fair play,” tutup pak Erick