Seorang bocah di Tasikmalaya ditemukan tidak bernyawa di Sungai Ciromban, yang terletak di Kampung Leuwimalang, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, pada hari Senin (7/10/2024). Diduga, anak tersebut meninggal dunia akibat tenggelam saat bermain air di aliran sungai atau saluran irigasi yang mengalir di kawasan itu. Kejadian tragis ini mengingatkan kita akan bahaya yang mengintai di balik keindahan air, di mana keceriaan bermain bisa berubah menjadi bencana dalam sekejap.
Korban yang diketahui berinisial SAF (9) adalah seorang pelajar kelas 3 SD, yang merupakan warga Perumahan Griya Aboh, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Bungursari. Kepergiannya yang begitu muda meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan komunitasnya, menambah kesedihan dalam sebuah tragedi yang tak terduga ini.
Berdasarkan informasi yang terkumpul, peristiwa tragis tersebut bermula ketika korban SAF bersama tiga temannya pergi ke sungai setelah pulang dari sekolah. Mereka berencana untuk berenang di area sungai yang dikenal sebagai Curug Irigasi. Di lokasi ini, terdapat leuwi atau palung dengan kedalaman sekitar 2 meter, yang menjadi tempat mereka bermain air.
Diduga, korban tenggelam karena saat itu ia sedang berenang atau terseret ke area sungai yang memiliki kedalaman cukup signifikan. Kejadian ini menunjukkan betapa berbahayanya kondisi air yang tampak tenang namun menyimpan risiko yang mengintai di dalamnya.
Kasi Humas Polres Tasikmalaya Kota, Ipda Jajang Kurniawan, telah mengonfirmasi terjadinya insiden tersebut. Ia menyatakan bahwa pihak kepolisian masih menjalankan penyelidikan terkait musibah yang telah menghebohkan warga Sukamulya ini. Proses investigasi ini bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta di balik kejadian yang memprihatinkan ini.
“Korban anak-anak yang berenang di sungai. Jadi korban bersama 3 temannya berenang di sungai Ciromban, 2 teman korban sudah pulang duluan, tersisa korban dan seorang temannya,” kata Jajang.
Beberapa saat kemudian, dua anak lain yang bernama A (9) dan D (9) datang ke sungai dan melihat korban bersama seorang temannya berada di dalam air yang dalam. Penemuan ini menambah kecemasan di lokasi kejadian, mengingat situasi yang berbahaya tersebut.
“Kemudian saksi A membantu dengan cara menarik tangannya agar bisa naik ke permukaan. Tapi berdasarkan keterangan saksi A, bahwa korban terlepas dan terbawa ke dalam arus air sungai. Hanya temannya yang berhasil diselamatkan,” kata Jajang.
Setelah menyaksikan situasi yang mengkhawatirkan, saksi D segera berlari mencari bantuan. Dia kemudian bertemu dengan Farid dan Latif, dua santri yang pesantrennya terletak tidak jauh dari lokasi kejadian. Keduanya bergegas untuk memberikan pertolongan di tengah kepanikan yang melanda.
Akhirnya, kedua santri ini segera menuju lokasi, tetapi korban sudah tidak tampak di permukaan air. Mereka menggunakan bambu untuk mencari tahu keberadaan korban di dasar sungai. Ketika bilah bambu mereka mengenai tubuh korban, Farid dan Latif tidak ragu-ragu untuk terjun dan menyelam ke dalam air, berusaha keras untuk mengangkat tubuh korban ke permukaan. Upaya heroik ini menunjukkan keberanian dan kepedulian mereka dalam situasi darurat.
“Setelah dievakuasi ke permukaan, saksi ini melakukan pemeriksaan denyut nadi dan nafas, namun sudah tidak ada,” kata Jajang.
Setelah itu, bersama dengan warga, jenazah korban diantarkan ke rumahnya. Pihak keluarga kemudian membawanya ke rumah sakit, namun sayangnya, korban telah dinyatakan meninggal dunia. Dugaan sementara menyebutkan bahwa penyebabnya adalah kehabisan oksigen akibat tenggelam. Kejadian ini menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga dan komunitas setempat.
“Informasi sementara seperti itu, namun untuk jelasnya masih kami lakukan penyelidikan. Ke dalam sungai memang sekitar 2 meter. Tapi tim Inafis masih melakukan olah TKP dan mengumpulkan keterangan saksi dan bukti lain,” kata Jajang