Israel Merespons Kecaman AS Setelah Menyerang Prajurit PBB di Lebanon - Beritakarya.id
Berita  

Israel Merespons Kecaman AS Setelah Menyerang Prajurit PBB di Lebanon

Israel menghadapi gelombang kritik dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), akibat serangan yang menyebabkan luka pada setidaknya lima tentara penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah selatan Lebanon. Seolah-olah badai protes menggulung, respons internasional menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap tindakan militer Israel, yang dianggap mengancam stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut. Insiden ini mencerminkan ketegangan yang terus berkepanjangan di wilayah tersebut, di mana misi perdamaian yang seharusnya melindungi warga sipil justru berhadapan dengan konflik bersenjata.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan komitmennya untuk mengambil tindakan demi melindungi pasukan perdamaian PBB. Pernyataan tersebut disampaikan Gallant dalam percakapan teleponnya dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, pada malam Sabtu, 12 Oktober.

“Menteri Gallant menekankan… IDF (Angkatan Bersenjata Israel-red) akan terus mengambil tindakan untuk menghindari membahayakan pasukan UNIFIL dan posisi pasukan penjaga perdamaian,” ucap Gallant dalam pernyataannya setelah berbicara via telepon dengan Austin, seperti dilansir AFP, Minggu (13/10/2024).

Dalam beberapa hari terakhir, Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL) melaporkan bahwa anggotanya di Naqura, serta di sejumlah lokasi lainnya, “berulang kali” menjadi target serangan. Akibat serangan militer Israel yang berlangsung di selatan Lebanon, sedikitnya lima tentara UNIFIL mengalami luka-luka. Insiden ini terjadi dalam konteks ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hizbullah, yang telah memperburuk situasi keamanan di kawasan tersebut.

UNIFIL melaporkan pada Kamis, 10 Oktober, bahwa dua tentara penjaga perdamaian PBB dari Indonesia mengalami luka akibat tembakan tank Israel. Insiden tersebut terjadi ketika mereka terjatuh dari menara pengawas di wilayah Naqura, Lebanon. Kejadian ini menyoroti risiko yang dihadapi oleh pasukan perdamaian dalam menjalankan misi mereka di tengah ketegangan yang meningkat di daerah tersebut.

Keesokan harinya, UNIFIL melaporkan serangkaian ledakan yang terjadi di dekat menara pengawas di Naqura, yang melukai dua tentara penjaga perdamaian PBB lainnya dari Sri Lanka. Selain itu, satu anggota UNIFIL lainnya, yang tidak disebutkan asal negaranya, mengalami luka-luka setelah “terkena tembakan” pada malam Jumat, 11 Oktober, waktu setempat. Kejadian ini semakin menegaskan betapa berbahayanya situasi yang dihadapi oleh pasukan perdamaian di wilayah tersebut, di tengah ketegangan yang terus meningkat.

Dalam pernyataannya, UNIFIL menuduh militer Israel telah “secara sengaja” menembaki posisi-posisi anggotanya di wilayah selatan Lebanon. Tuduhan ini menambah ketegangan antara kedua belah pihak, serta mencerminkan kekhawatiran mendalam tentang keselamatan dan keamanan pasukan penjaga perdamaian PBB yang bertugas di area tersebut.

Sebagai sekutu dekat Tel Aviv, Washington mengutuk serangkaian serangan yang menyebabkan luka pada sejumlah prajurit pasukan perdamaian PBB di Lebanon, dengan menyatakan bahwa tindakan semacam itu “tidak dapat diterima.” Pernyataan ini menunjukkan ketidakpuasan Amerika Serikat terhadap pelanggaran yang dilakukan, serta menggarisbawahi pentingnya melindungi misi perdamaian internasional dalam menjaga stabilitas di kawasan yang rawan konflik.