1. Pengaruh Media Sosial
Media sosial menjadi salah satu faktor terbesar yang memicu FOMO di kalangan anak muda. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memungkinkan pengguna untuk melihat kehidupan orang lain secara instan dan terus-menerus. Ketika seseorang melihat teman-temannya melakukan aktivitas menarik, menghadiri acara tertentu, atau mendapatkan prestasi tertentu, mereka mungkin merasa tertinggal jika tidak ikut serta. Media sosial juga sering kali menampilkan versi ideal dari kehidupan seseorang, yang bisa menambah tekanan untuk selalu “ikut” dalam tren terbaru.
2. Kebutuhan Akan Pengakuan Sosial
Anak muda cenderung memiliki kebutuhan yang kuat untuk diakui dan diterima oleh teman-temannya. Mereka ingin menjadi bagian dari kelompok sosial dan tidak ingin merasa terasing. Ketika ada tren atau acara tertentu yang banyak diikuti oleh teman-temannya, mereka merasa harus ikut serta untuk tetap dianggap “in” dan tidak merasa tertinggal. Pengakuan sosial ini sering kali menjadi pendorong utama di balik perasaan FOMO.
3. Perkembangan Otak Remaja
Secara biologis, otak remaja dan dewasa muda masih dalam tahap perkembangan, terutama bagian yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengendalian diri. Hal ini membuat mereka lebih impulsif dan cenderung mengikuti arus sosial tanpa memikirkan konsekuensinya. Selain itu, perkembangan otak yang belum sepenuhnya matang juga membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan sosial dan cemas akan kehilangan sesuatu yang penting.
4. Kebutuhan Akan Pengalaman Baru
Anak muda sering kali haus akan pengalaman baru. Mereka ingin mencoba hal-hal baru, baik itu dalam bentuk hobi, perjalanan, atau acara sosial. FOMO bisa muncul ketika mereka merasa bahwa ada pengalaman menarik yang sedang terjadi, dan mereka tidak ingin melewatkannya. Keinginan untuk mengeksplorasi dunia dan mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin menjadi salah satu alasan mengapa mereka mudah terjebak dalam perasaan FOMO.
5. Ketakutan Akan Penyesalan
Penyesalan adalah perasaan yang sering kali dihindari oleh banyak orang, termasuk anak muda. Mereka mungkin khawatir bahwa jika mereka melewatkan suatu acara atau tren, mereka akan menyesalinya di kemudian hari. Ketakutan akan penyesalan ini memicu mereka untuk selalu terlibat dalam setiap kesempatan yang ada, meskipun kadang-kadang mereka tidak benar-benar menikmatinya.
6. Pengaruh Budaya Populer
Budaya populer, terutama yang dipromosikan melalui media dan industri hiburan, sering kali mengagungkan gaya hidup yang glamor dan serba cepat. Anak muda yang tumbuh dalam budaya ini mungkin merasa perlu untuk terus mengikuti perkembangan terbaru agar tetap relevan dan diterima dalam lingkaran sosial mereka. Budaya populer juga sering kali menekankan pentingnya memiliki pengalaman tertentu atau mengadopsi gaya hidup tertentu, yang kemudian menjadi pemicu FOMO.
7. Keterbukaan Informasi
Di era digital saat ini, informasi mengalir dengan sangat cepat dan mudah diakses. Kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia dalam hitungan detik membuat anak muda merasa bahwa mereka harus selalu mengikuti perkembangan terkini. Keterbukaan informasi ini, meskipun bermanfaat, juga bisa menjadi beban karena menciptakan tekanan untuk selalu “update” dan tidak tertinggal dari orang lain.
Kesimpulan
FOMO adalah fenomena yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari sisi psikologis maupun sosial. Meskipun perasaan ini wajar terjadi di kalangan anak muda, penting bagi mereka untuk belajar mengelola dan memahami bahwa tidak semua hal perlu diikuti. Memiliki kesadaran akan pentingnya keseimbangan dalam hidup dan kemampuan untuk memprioritaskan apa yang benar-benar penting adalah kunci untuk mengatasi FOMO. Dengan demikian, mereka dapat menikmati hidup tanpa terus-menerus merasa cemas akan apa yang mungkin mereka lewatkan.