Di Atas Mimbar Taufik Ismail Berkata “Perang Ini Harus Kita Menangkan”

Taufik Ismail/ Foto Repro detik.com

BERKARYA.CO.ID – Penyair dan sastrawan Taufik Ismail ikut beraksi di depan Auditorium Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia ikut mengawal persidangan Ahok dengan membaca puisi.

Taufik Ismail tiba di depan Auditorium Kementan sekitar pukul 10.30 WIB. Ia mengenakan jas seragam Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) dan mengenakan peci hitam. Turut hadir Jubir FPI Munarman bersama Taufik Ismail.

Penyair berusia 81 tahun itu juga membawa buku puisi berjudul ‘Debu di Atas Debu’. Di atas mobil komando, Taufik membacakan 2 puisi yang dibuatnya. Puisi pertama yang dibaca Taufik Ismail berjudul ‘Di Laut Mana Tenggelamnya’. Puisi tersebut berisi tentang seseorang yang bertanya tentang beberapa hal. Berikut puisi yang dibacakan Taufik Ismail

Aku berjalan mencari kejujuran Tak tahu aku di mana alamatnya

Aku pergi mencari kesederhanaan Tak tahu aku di mana sembunyinya

 Aku bertanya di mana tanggung jawab
Di laut manakah tenggelamnya? 

 Aku berjalan mencari ketekunan
Di rimba manakah dia menghilangnya? 

 Aku berjalan mencari keikhlasan Rasanya sih ada, tapi di mana, ya? 
Aku berjalan mencari kedamaian 

 Di langit manakah dia melayangnya?
Wahai kejujuran dan kesederhanaan Wahai tanggung jawab dan ketekunan

 Wahai keikhlasan dan kedamaian Di mana gerangan kini kalian?

 Zaman ini sangat merindukan kalian zaman ini sangat merindukan kalian.

Puisi kedua yang ia bacakan yakni berjudul ‘Perang Ini Harus Kita Menangkan’. Puisi tersebut mempertanyakan tentang keberadaan orang jujur, berakhlak dan ikhlas di Indonesia. Sekaligus, puisi juga mengajak orang-orang untuk tidak menyerah dalam berjuang.

Masih adakah orang jujur di negeri kita? Adakah? 

Masih ada. Tapi mereka tak bersuara.

Masih adakah orang waras di negeri kita? Adakah? 

Masih ada. Tapi mereka tiada berdaya

Masih adakah orang berakhlak di negeri kita? Adakah? 
Masih ada. Tapi mereka tak berwibawa

Masih adakah orang ikhlas di negeri kita? Adakah?

Masih ada. Tapi mereka dianggap tiada. 

Tapi saudaraku, tak ada cerita putus asa Kita tak akan angkat tangan menyerah kalah 

Karena ibarat perang Perang ini harus kita menangkan. Harus kita menangkan. 

Saat Taufik membacakan puisi, massa mendengarkan sambil sesekali meneriakkan takbir. Sekitar 20 menit ia berada di atas mobil komando untuk membaca puisi. Sehabis itu, ia meninggalkan lokasi bersama Munarman.

Sumber : Detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *