INI bukan soal makar. Bukan juga soal otak pelaku bom atau teroris. Dua isu ini memang belakangan memenuhi pemberitaan di hampir semua media baik cetak maupun elektronik.
Tapi ini soal nasionalisme. Ini soal dorongan semangat. Ini soal doa yang terucap. Ini soal kebersamaan dan ekspektasi tinggi masyarakat sepakbola Indonesia, termasuk masyarakat Kota Cilegon terhadap punggawa Timnas.
Ya, perhelatan Piala AFF 2016 berlalu sudah. Timnas Indonesia dengan segala upayanya, telah menampilkan performa terbaik untuk bisa mengibarkan Merah Putih di Stadion Rajamangala, Thailand. Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia harus puas sebagaI Runner Up untuk yang kelimakalinya. Kecewa itu pasti, tetapi putus asa tak ada cerita.
Tapi saya bukan mau mengupas soal kekalahan Timnas, karena bukan kapasitas saya mengomentari pertandingan sarat gengsi itu. Saya hanya akan mengupas bagaimana semangatnya publik Cilegon nonton bareng Walikotanya, Tb Iman Ariyadi di Kantor DPD Golkar Cilegon, Sabtu malam lalu.
Sebelum pertandingan leg kedua digelar, saya mendengar obrolan Walikota yang juga Ketua DPD Golkar Cilegon itu tentang rencana nobar Final Piala AFF leg bersama warga sekitarnya.
Ini bukan rekayasa saya, bukan juga penilaian subjektif saya terhadap Tb Iman Ariyadi. Ini soal apa yang saya dengar dari perbincangan Tb Iman dengan fungsionaris Golkar Cilegon seperti Haji Nasir, dan Sekjend Golkar Cilegon, Sutisna Abas.
Apa yang mereka bahas sangat jauh dari apa yang saya duga. Bagaimana tidak, Iman Ariyadi berdiskusi dengan Haji Nasir dan Sutisna tentang rencana memberikan dukungan kepada Tim Garuda lewat nobar. Tentang apa yang harus dilakukan, sampai tentang apa yang perlu dipersiapkan.
Kalau hanya nobar kemudian menyiapkan konsumsi, tentu itu bagi saya hal yang sangat biasa. Yang tidak biasa dari diskusi itu adalah permintaan Iman agar sebelum nonton bareng digelar salat berjamaah di lokasi nobar, kemudian dilakukan salat hajat, memohon doa agar Timnas menang lawan Thailand. Soal konsumsi, Iman Ariyadi berjanji akan memotong 8 ekor kambing untuk warga dan pengurus Golkar yang ikut nobar.
Tentu saja Sekjend Goklar Cilegon, Sutisna Abas yang diminta menjadi imam salat bejamaah magrib dan salat hajat, sementara untuk Haji Nasir, ada intruksi lain dari Iman Ariyadi. Haji Nasir ditugasi untuk membakar semangat, menggelorakan dukungan untuk para punggawa Timnas, serta menciptakan yel-yel layaknya nonton di stadion. Pendek kata, kemeriahan nobar itu diotaki Iman Ariyadi, sementara Haji Nasir adalah provokatornya.
Saat waktu nobar tiba, saya datang agak terlambat ke Kantor DPD Golkar. Deretan kendaraan terparkir di sekitar kantor. Ratusan massa sudah memenuhi pelataran Kantor DPD Golkar dan serius akan menyaksikan kick off babak pertama yang akan segera digelar.
Saat itulah, Haji Nasir Sang Provokator mulai beraksi. Dia meminta semua yang hadir berdiri saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Setelahnya, yel-yel diteriakkan, diikuti oleh warga yang menirukan yel-yel itu dengan semangat.
Iman Ariyadi yang duduk selonjoran berbaur dengan warga hanya tersenyum melihat kehebohan provokator itu. Sampai Timnas harus tunduk 2-0, provokator tetap saja bersuara. Dia bahkan mengalihkan kekalahan kepada Sutisna Abas, yang ternyata lupa menjadi imam salat hajat berjamaah.
Itulah keseruan otak, provokator dan pembaca doa dalam perhelatan nobar Final Piala AFF 2016 di Kantor DPD Golkar Cilegon, Sabtu malam lalu. Meski kalah agregat, namun ratusan warga kenyang karena disuguhi rabeg, sop, dan sate kambing yang disiapkan Iman Ariyadi.(*)
Sumber: IndependentNews.co.id