Nah Loh! Diduga Ada Skema Gulingkan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto

Ilustrasi/Net

BERKARYA.CO.ID – Pertamina mendadak kembali demam impor BBM. Impor solar dan masalah tata kelola manajemen di tubuh Pertamina disesalkan banyak kalangan karena bisa merugikan kinerja perusahaan pelat merah itu.

Anggota Komisi VI DPR, Bambang Haryo Soekartono mengungkapkan, pihaknya su­dah lama mengkritisi penamba­han dua pos baru dalam jajaran Direksi Pertamina.

Sebab, dia memandang ada kejanggalan di balik keputusan tersebut.  Menurutnya, sepanjang perusa­haan pelat merah tersebut berdiri, baru kali ini ada bawahan, Wakil Direktur Utama, memiliki ke­wenangan melebihi dirutnya.

“Alasan mereka kan agar kin­erja makin baik. Tetapi nyatanya kami lihat malah makin bu­ruk,” kata Haryo kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Anggota Direksi Pertamina sebelumnya berjumlah 7 orang, namun ditambahkan Menteri BUMN, Rini Soemarno menjadi 8. Dua pos baru, yakni Wakil Dirut dan Direktur Megaproyek.

Wakil Dirut yang dijabat Ah­mad Bambang bertindak sebagaiChief Operating Officer (COO) pada sektor hilir dan energi ba­ru terbarukan, memimpin dan mengkordinasikan Direktorat Pemasaran.

Kemudian, untuk Direktur Megaproyek, Rachmad Hardadi bertugas memimpin dan mengarahkan megaproyek skala nasional di sektor pengolahan dan petrokimia.

Haryo menyebutkan, impor solar mendadak 1,2 juta barel ba­han bakar minyak (BBM) jenis solar sebagai salah satu indikasi buruknya kinerja Pertamina. Dia menilai, masalah impor solar dan penambahan dua direksi baru saling berkaitan.

“Setelah masuk Wakil Dirut, terjadi kerusakan pada tiga kilang besar di Cila­cap, Dumai, dan Balikpapan. Kemungkinan adanya rekayasa sangat besar,” ujarnya curiga.

Haryo menegaskan, pihaknya akan terus mengawal masalah ini sampai selesai. Dewan nggak rela ada oknum maupun broker kembali bermain seperti dulu.

Sumber Rakyat Merdeka me­nyebutkan, impor solar dilaku­kan tanpa sepengetahuan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto. Tak hanya itu, sumber tersebut juga mensinyalir, ada rekayasa untuk membuat kinerja kilang tidak maksimal guna memuluskan skenario impor.

Sebelumnya, Direktur Bahan Bakar Minyak BPH Migas, Hendri Ahmad juga mencium kejang­galan impor solar yang dilakukan Pertamina. Karena, berdasarkan verifikasi terakhir BPH Migas akhir tahun lalu, Pertamina me­laporkan pasokan solar berlebih.

“Mereka melaporkan saat dilakukan verifikasi, katanya mereka over solar kok malah impor?” tanya Hendri, heran.

Wakil Direktur Utama Pertam­ina, Ahmad Bambang sebelum­nya telah memberikan penjela­san soal impor solar mendadak. Dia beralasan, impor dilakukan karena stok menurun di bawah 20 hari dari normalnya 23 hari.

Dia berkilah, stok turun akibat meningkatnya permintaan dari industri pertambahan. Stok juga semakin menurun setelah kilang Balikpapan mendadak padam pada 2 Desember dan 11 Desem­ber, dan 15 Desember 2016.

Bekas Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmy Radhi menilai, tidak menutup kemung­kinan ada praktik mafia dalam kasus impor solar mendadak. “Pasca Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) dibubarkan, tidak lantas mafia minyak bersih. Sebab, para pemainnya kan bisa pindah-pindah ke mana-mana. Termasuk menyusup ke dalam Pertamina sendiri,” ungkapnya.

Fahmy menerangkan, impor minyak merupakan kegiatan bis­nis paling mudah mendapatkan untung. Oleh sebab itu, untuk mencegahnya, sistem tata kelola-nya harus benar-benar baik.

Saat ditanya isu matahari kem­bar di Pertamina, Fahmy men­gaku sudah mendengarnya. Ada perebutan jabatan di dalam, bah­kan isunya ada gerakan sistematis untuk menggulingkan Direktur Utama Dwi Soetjipto.

“Melihat apa yang terjadi, saya kasihan dengan Pertamina. Masalah-masalah yang muncul ini kan me­lemahkan Pertamina,” katanya.

Jika pemerintah serius ingin memberantas mafia migas, dia mengusulkan agar Presiden membentuk Tim Pemberantasan Mafia Migas yang langsung di bawah koordinasinya.

Vice Presiden Corporate Com­munication Pertamina, Wianda Pusponegoro memastikan, im­por solar dadakan bersifat se­mentara. “Skema itu dilakukan guna memenuhi Kilang Balon­gan yang saat ini masih dalam perawatan,” jelasnya.

Soal rekayasa kerusakan ki­lang dan isu matahari kembar, Wianda enggan memberikan komentar.

Sumber : Rmol.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *