Lebih dari lima dekade telah berlalu sejak Neil Armstrong mencatatkan sejarah sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. Sayangnya, setelah misi Apollo 17 pada 1972, belum ada lagi manusia yang kembali ke satelit alami Bumi itu.
Banyak spekulasi dan teori konspirasi yang muncul seiring dengan absennya manusia di Bulan. Namun, mantan Administrator NASA, Jim Bridenstine, akhirnya mengungkapkan alasan sebenarnya di balik ketidakhadiran manusia di satelit alami Bumi selama ini.
“Kenyataannya cukup menyedihkan,” ungkap Bridenstine dalam sebuah wawancara eksklusif. “Bukan karena teknologi kita belum memadai, atau ada ancaman alien yang menghalangi. Alasan utamanya adalah politik dan anggaran.”
Bridenstine mengungkapkan bahwa eksplorasi luar angkasa, terutama misi berawak ke Bulan, memerlukan komitmen politik yang kuat serta investasi besar dalam jangka panjang. Namun, setelah Perang Dingin berakhir, prioritas nasional Amerika Serikat berubah, dan dukungan politik terhadap program luar angkasa pun menurun. Hal ini berdampak pada pemotongan anggaran NASA secara signifikan.
“Program luar angkasa seringkali menjadi korban pergantian pemerintahan dan perubahan prioritas politik,” jelas Bridenstine. “Setiap presiden datang dengan agenda mereka sendiri, dan program jangka panjang seperti misi ke Bulan seringkali terabaikan.”
Bridenstine juga menambahkan bahwa meskipun tidak ada misi berawak ke Bulan, NASA tetap menjalankan penelitian dan eksplorasi menggunakan teknologi robotik. Wahana antariksa tanpa awak, seperti Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), terus mengirimkan data berharga yang memperdalam pemahaman kita tentang Bulan.
“Misi robotik memang penting, tapi tidak bisa menggantikan peran manusia,” tegas Bridenstine. “Manusia memiliki kemampuan adaptasi, intuisi, dan kemampuan memecahkan masalah yang tidak dimiliki robot. Kehadiran manusia di Bulan akan membuka peluang baru bagi penelitian ilmiah, pengembangan teknologi, dan bahkan potensi kolonisasi di masa depan.”
Meskipun situasi saat ini cukup mengecewakan, Bridenstine tetap optimis. Program Artemis yang digagas NASA, yang bertujuan untuk mendaratkan manusia di Bulan pada tahun 2025, memberikan harapan baru untuk eksplorasi luar angkasa.
“Program Artemis adalah langkah penting untuk kembali ke Bulan dan membangun kehadiran permanen di sana,” ujar Bridenstine. “Ini bukan hanya tentang menancapkan bendera, tapi tentang menciptakan masa depan bagi umat manusia di luar angkasa.”
Bridenstine berharap agar pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat dapat kembali fokus pada pentingnya eksplorasi luar angkasa. Ia meyakini bahwa investasi dalam bidang ini tidak hanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga untuk menginspirasi generasi mendatang serta memastikan masa depan umat manusia, seperti yang dilaporkan oleh Unilad.