Di bawah lapisan es Antartika yang dingin, sebuah penemuan mengejutkan muncul dari kedalaman tanah. Sebuah fragmen ambar, yang berasal dari hutan tropis purba yang kini telah punah, berhasil menarik perhatian para ilmuwan. Ambar sendiri adalah fosil getah pohon yang telah mengeras dan membatu selama jutaan tahun, berasal dari pohon-pohon resinous, khususnya pohon konifer, yang tumbuh pada masa prasejarah.
Penemuan menakjubkan ini mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan, bahwa Benua Antartika pernah menjadi rumah bagi ekosistem yang kaya dan subur, jauh berbeda dengan gambaran saat ini yang dikenal sebagai gurun es. Ambar yang ditemukan pada ekspedisi tahun 2017 berasal dari sedimen laut yang dibor di Pine Island Bay. Diperkirakan berusia sekitar 90 juta tahun, ambar ini mengungkapkan adanya iklim yang jauh lebih hangat pada akhir periode Cretaceous. Temuan fosil tanaman ini semakin memperkuat bukti bahwa Antartika pernah dihuni oleh hutan purba.
Untuk pertama kalinya, sampel ambar yang terbentuk dari fosilisasi resin pohon ditemukan di Benua Antartika. Temuan ini menjadi penemuan berharga karena ambar berfungsi sebagai arsip alami yang mampu menjebak berbagai bahan organik di dalamnya. Resin yang terkandung dalam ambar ini menyimpan petunjuk tentang ekosistem yang telah lama punah, mulai dari serangga, spora, hingga fragmen kulit kayu, yang dapat membuka tabir tentang kehidupan purba di masa lalu.
Meskipun fragmen yang dianalisis sangat kecil, temuan ini memberi ilmuwan kesempatan untuk merekonstruksi lingkungan hutan beriklim sedang yang didominasi oleh pohon konifer. Pohon-pohon tersebut memproduksi resin sebagai bentuk perlindungan dari ancaman seperti parasit atau kebakaran. Para peneliti dari Alfred Wegener Institute terus melanjutkan analisis ini untuk menggali lebih dalam pemahaman tentang ekosistem purba yang ada pada masa itu.
Para peneliti berharap dapat menemukan jejak kehidupan atau bukti peristiwa penting seperti kebakaran hutan yang terjadi pada masa lalu. Temuan ini mengingatkan kita bahwa Antartika tidak selalu menjadi wilayah yang keras dan tidak ramah seperti yang kita kenal sekarang. Penemuan ini membuka peluang untuk menilai kembali sejarah Bumi dari perspektif yang berbeda. Dengan analisis lebih mendalam terhadap ambar ini, ilmuwan berharap dapat mengungkap informasi berharga tentang iklim masa lalu serta bagaimana ekosistem beradaptasi dengan kondisi ekstrem pada waktu itu.
Menurut Science Alert, ambar sebagian besar dihasilkan oleh spesies pohon konifer. Pada awalnya, resin ini berfungsi sebagai perlindungan alami dari ancaman seperti parasit atau kerusakan pada kulit kayu. Seiring waktu, resin tersebut mengeras dan terkubur di bawah lapisan sedimen, akhirnya berubah menjadi material padat dan tembus cahaya. Para ilmuwan sangat menghargai ambar karena kemampuannya berfungsi sebagai ‘kapsul waktu’, menyimpan jejak-jejak kehidupan purba yang berharga.
Saat resin mengalir, ia dapat menjebak berbagai fragmen tanaman, spora, serangga, bahkan mikroorganisme. Inklusi ini terpelihara dengan sangat baik, memberikan gambaran langsung mengenai kehidupan dan ekosistem masa lalu yang sering kali sulit dipelajari dengan cara lain. Penemuan ambar sendiri cukup jarang, dan proses pengawetannya sangat bergantung pada kondisi tertentu. Agar resin dapat mengeras menjadi ambar, ia harus segera tertutup oleh sedimen atau air untuk menghindari degradasi yang disebabkan oleh sinar ultraviolet dan oksigen.
Di Antartika, fragmen yang ditemukan memiliki kualitas luar biasa, menandakan bahwa resin tersebut terkubur dengan cepat di lingkungan yang mungkin dulu berupa rawa. Temuan ini memberikan wawasan penting mengenai hutan beriklim sedang pada masa purba, serta interaksi ekologis yang mendukung kehidupan di dalamnya.