Ilmuwan Temukan Dua Gunung yang Melampaui Everest Hingga 100 Kali! - Beritakarya.id

Ilmuwan Temukan Dua Gunung yang Melampaui Everest Hingga 100 Kali!

Ilmuwan dari Belanda berhasil menemukan dua gunung yang jauh lebih tinggi dibandingkan Gunung Everest. Kedua gunung ini juga menunjukkan indikasi bahwa usianya mungkin jauh lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Tidak seorang pun tahu apa itu, dan apakah itu hanya fenomena sementara, atau apakah mereka telah ada di sana selama jutaan atau bahkan miliaran tahun,” kata kepala peneliti Dr. Arwen Deuss, seismolog dan profesor bidang struktur dan komposisi interior Bumi di Utrecht University, dikutip dari New York Post.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature ini menjelaskan bahwa kedua gunung tersebut memiliki ketinggian 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan puncak Gunung Everest, yang mencapai sekitar 8.849 meter, dan jauh lebih tinggi daripada semua gunung lainnya di Bumi.

Kedua gunung raksasa tersebut berada di bawah permukaan Bumi, tepatnya di pertemuan antara inti planet dan mantel, yakni area semipadat di bawah kerak Bumi. Salah satunya terletak di bawah Afrika, sementara yang lainnya berada di bawah Samudra Pasifik.

“Gunung ini juga dikelilingi ‘kuburan besar’ lempeng tektonik yang telah bergeser ke sana karena proses subduksi, yakni ketika satu lempeng tektonik menukik ke bawah lempeng lain dan tenggelam dari permukaan Bumi hingga kedalaman hampir 3.000 km,” kata Deuss.

Meskipun berada di kedalaman Bumi, formasi kedua gunung ini telah diketahui oleh para peneliti sejak pergantian abad lalu, berkat gelombang kejut seismik yang merambat melalui interior Bumi.

Gempa bumi besar menyebabkan planet ini bergetar seperti lonceng, dengan suara yang tidak selaras saat menghantam objek anomali, seperti benua super.

Dengan mempelajari jejak gelombang seismik ini, ilmuwan Bumi dapat memetakan struktur-struktur tersebut, layaknya seorang dokter yang menggunakan sinar-X untuk mendiagnosis kondisi tubuh.

“Kami melihat gelombang seismik melambat di sana,” kata Dr. Deuss saat membahas bagaimana gelombang itu terjadi di pegunungan bawah tanah, yang disebut sebagai Large Low Seismic Velocity Provinces (LLSVP) karena alasan ini,” ujarnya.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa struktur baru ini tidak hanya lebih panas dibandingkan lempeng tektonik di sekitarnya, yang menjelaskan mengapa gelombang seismik melambat, tetapi juga diperkirakan berusia setengah miliar tahun lebih tua.

Rekan Duess, Sujania Talavera-Soza, mengungkapkan bahwa para ilmuwan merasa bingung ketika mempelajari fenomena yang disebut peredaman gelombang seismik, yakni jumlah energi yang hilang saat gelombang merambat melalui lapisan Bumi.

“Berlawanan dengan ekspektasi kami, kami menemukan sedikit peredaman di LLSVP, yang membuat nada terdengar sangat keras di sana. Namun, kami menemukan banyak peredaman di kuburan lempengan dingin, yang membuat nada terdengar sangat lembut,” sebutnya.

Hal ini tidak seperti mantel atas, yang diperkirakan ‘panas’ dengan gelombang yang teredam. Talavera-Soza menganalogikan fenomena ini dengan berlari di cuaca panas, dan menjelaskan, “Anda tidak hanya melambat, tetapi juga menjadi lebih lelah dibandingkan saat cuaca dingin di luar,” ujarnya.

Pada akhirnya, penelitian ini menentang anggapan bahwa mantel Bumi tercampur dengan baik dan mengalir dengan cepat. Para peneliti justru mengamati bahwa aliran material di area tersebut jauh lebih sedikit daripada yang biasanya diperkirakan.