Tim arkeolog menemukan temuan unik dalam sebuah makam kuno di Desa Scremby, Lincolnshire, Inggris. Seorang gadis Anglo-Saxon yang meninggal sekitar 1.500 tahun lalu dikuburkan dengan artefak berusia lebih tua, yaitu sebuah cawan Romawi yang diduga pernah diisi dengan lemak babi. Penemuan ini memunculkan berbagai spekulasi tentang makna dan kegunaan artefak tersebut dalam konteks pemakaman masa lalu.
Artefak Langka di Pemakaman Biasa
Cawan dengan desain khas era Romawi itu memiliki warna-warni menarik dan diperkirakan telah berusia sekitar 1.800 tahun. Ditemukan di antara 49 makam yang berasal dari periode 480 hingga 540 Masehi, bejana tersebut berada di bagian kepala seorang gadis remaja, yang juga dimakamkan bersama dua bros sederhana.
“Cawan itu ditemukan dalam sesuatu yang mungkin disebut sebagai pemakaman yang agak ‘biasa’,” ujar Hugh Willmott, arkeolog dari Sheffield University, sebagaimana dikutip dari Live Science, Kamis (27/3/2025). “Namun sifatnya yang unik membuat saya berpikir bahwa cangkir itu memiliki tujuan yang lebih unik,” lanjutnya.
Keunikan Cawan Scremby
Cawan ini memiliki tinggi sekitar 5,7 cm dan mampu menampung sekitar 280 ml cairan. Motif hiasannya terdiri dari bentuk bulan sabit dan hati yang dicetak pada permukaan paduan tembaga, serta dihiasi enamel merah, biru kehijauan, dan ungu kebiruan. Berdasarkan material dan gayanya, cawan tersebut kemungkinan diimpor dari wilayah Prancis sekitar abad ketiga Masehi, ketika Inggris masih berada di bawah kekuasaan Romawi.
Willmott menduga bahwa cawan ini awalnya digunakan sebagai wadah minum, yang mungkin untuk mengonsumsi anggur pada masa Romawi. Namun, saat ditempatkan dalam makam Anglo-Saxon, fungsinya tampaknya mengalami perubahan yang lebih simbolis atau ritualistik.
Jejak Lemak Babi dalam Cawan
Untuk mengungkap alasan cawan Romawi ini dikuburkan bersama gadis Anglo-Saxon, tim peneliti menganalisis residu organik di bagian dalam bejana. Hasilnya menunjukkan adanya konsentrasi lipid yang tinggi, yang kemungkinan besar berasal dari lemak babi.
Lemak ini bisa saja merupakan sisa makanan, tetapi pada era Romawi, lemak hewani sering digunakan sebagai pelembab atau bahkan untuk pengobatan. Catatan dari dokter Bizantium abad keenam, Anthimus, menyebutkan bahwa orang Frank kerap mengonsumsi lemak babi mentah untuk mengobati parasit usus, serta menggunakannya untuk merawat luka.
“Mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan bahwa wanita yang dikuburkan itu mungkin adalah seseorang yang mempraktikkan pengobatan tradisional di masyarakat setempat,” sebut Willmott.
Asal-usul dan Misteri yang Belum Terpecahkan
Salah satu teka-teki terbesar yang masih menyelimuti cawan ini adalah bagaimana artefak Romawi tersebut bisa sampai ke tangan Anglo-Saxon. Para peneliti berspekulasi bahwa cawan ini mungkin diwariskan secara turun-temurun sebagai pusaka keluarga atau bahkan diperoleh dari hasil penjarahan makam Romawi.
“Fakta bahwa benda itu jelas sudah berumur cukup lama adalah alasan di balik relevansi sosialnya yang sebenarnya,” tulis para peneliti dalam jurnal European Journal of Archaeology edisi November.
Selain cawan, tidak ditemukan bukti lain di sekitar makam seperti sisa serbuk sari atau benda ritual lainnya. Namun, saat ini sampel dari makam dan kerangka di pemakaman tersebut sedang menjalani analisis DNA kuno. Para arkeolog berharap hasil penelitian ini dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang identitas gadis Anglo-Saxon serta alasan cawan Romawi berisi lemak babi diletakkan dalam makamnya.
Penemuan ini menunjukkan bagaimana interaksi antara budaya Romawi dan Anglo-Saxon di masa lalu masih menyimpan banyak misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan.