Gelombang Ancaman Digital Hantui Google, Facebook, dan Apple - Beritakarya.id

Gelombang Ancaman Digital Hantui Google, Facebook, dan Apple

Era dominasi teknologi tampaknya mulai menemui titik lelahnya. Tiga nama besar yang pernah mendefinisikan dunia digital—Google, Facebook, dan iPhone—kini berada di bawah bayang-bayang kemungkinan keruntuhan. Tanda-tanda itu tak datang dari luar, melainkan dari dalam tubuh perusahaan mereka sendiri, sebagaimana terungkap dalam rangkaian persidangan anti-monopoli terhadap Meta dan Google.

Google, sebagai pelopor mesin pencari di awal milenium, pernah menjadi mercusuar informasi global. Facebook, sang pelopor media sosial, sempat menjadi jembatan penghubung manusia lintas benua. Sementara iPhone, si mahakarya Apple, pernah mendobrak batas teknologi dengan layar sentuhnya yang menggoda.

Namun, seperti matahari yang perlahan tenggelam di ufuk barat, sinyal kemunduran mereka mulai tampak. Mengutip laporan CNN, muncul pertanda yang kurang menggembirakan. Eddy Cue, salah satu petinggi Apple, memaparkan bahwa untuk pertama kalinya, penggunaan Google sebagai alat pencari di perangkat Apple mengalami penurunan pada bulan lalu.

Tak hanya itu, Eddy menyiratkan arah baru: integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) ke dalam fitur pencarian Apple. Ini bisa menjadi badai bagi Google, yang selama ini mendapat keuntungan besar dari kerja sama iklan pencarian lewat iPhone. Seiring AI kian berkembang, posisi Google sebagai “gerbang pengetahuan” bisa saja terkikis oleh inovasi baru yang lebih adaptif dan personal.

Di sisi lain, Meta, perusahaan induk Facebook, turut mengakui adanya pergeseran cara pengguna berinteraksi. Media sosial kini tak lagi menjadi tempat berbagi kisah antar teman atau keluarga.

“Jumlah orang yang berbagi dengan teman di Facebook khususnya, menurun,” cetus Mark Zuckerberg dalam kesaksiannya.

“Bahkan jumlah teman baru yang ditambahkan orang menurut saya telah menurun. Namun, saya tidak tahu angka pastinya,” imbuhnya.

Zuckerberg juga menyoroti bahwa kini pesan langsung atau direct message mengalami lonjakan signifikan, menandakan pergeseran dari interaksi terbuka ke percakapan privat.

Laporan Pew Research Center yang dirilis Desember lalu turut memperkuat tren tersebut. Dalam dekade terakhir, jumlah remaja yang aktif menggunakan Facebook anjlok drastis. Kini hanya 32% dari kelompok usia muda itu yang masih mengakses platform tersebut, membuatnya kalah pamor dari pesaing yang lebih segar seperti TikTok dan Instagram.

Sementara itu, iPhone pun tak kebal dari ancaman waktu.

“Anda mungkin tidak memerlukan iPhone 10 tahun dari sekarang, kedengarannya gila,” kata Cue.

Meskipun saat ini Apple masih merajai sekitar 19% pasar pengiriman smartphone global menurut data IDC kuartal pertama 2025, ada pergeseran perilaku konsumen. Orang-orang tak lagi rutin memperbarui ponsel mereka karena pembaruan teknologi yang kian minim daya tarik.

Sebagai antisipasi, Apple maupun perusahaan teknologi lain mulai melirik masa depan yang lebih futuristik. Perangkat yang bisa dikenakan di wajah, seperti kacamata pintar berbasis AI atau teknologi holografik, digadang-gadang menjadi pengganti gawai konvensional.

Zuckerberg mengutarakan keyakinannya konsumen nanti akan berinteraksi dengan konten melalui kacamata pintar dan hologram.

Apple pun tak mau ketinggalan. Mereka telah meluncurkan Vision Pro, sebuah headset realitas campuran seharga USD 3.500, sebagai langkah awal menuju era komputasi yang lebih imersif dan intuitif.

Walau untuk sekarang, Google, Facebook, dan iPhone masih berada di garis depan popularitas, namun lanskap teknologi telah bergeser. Mereka yang dahulu menjadi dewa dalam dunia digital, kini harus menavigasi zaman baru di mana inovasi tidak hanya dituntut—tapi menjadi satu-satunya jalan untuk bertahan hidup.