Alasan Mengapa Tombol Keyboard Dibuat Menjadi QWERTY - Beritakarya.id

Alasan Mengapa Tombol Keyboard Dibuat Menjadi QWERTY

Keyboard QWERTY adalah tata letak papan ketik yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Meski banyak orang menggunakannya setiap hari, tidak banyak yang tahu mengapa tombol-tombol pada keyboard disusun sedemikian rupa. Apakah ini pilihan acak, atau ada alasan khusus di balik tata letak ini? Mari kita telusuri sejarah dan alasan di balik penciptaan keyboard QWERTY.

Sejarah Singkat QWERTY

Tata letak QWERTY diciptakan oleh Christopher Latham Sholes, seorang jurnalis dan penemu Amerika, pada tahun 1868. Pada saat itu, mesin ketik mekanis baru saja mulai berkembang, dan Sholes bekerja untuk menciptakan mesin ketik yang lebih efisien. Namun, salah satu masalah utama yang dihadapi oleh mesin ketik pertama adalah tombol-tombolnya sering macet jika dua tombol yang berdekatan ditekan secara bersamaan dengan cepat.

Untuk mengatasi masalah ini, Sholes dan rekan-rekannya merancang tata letak QWERTY dengan tujuan untuk mengurangi kemungkinan macetnya tombol. Mereka memindahkan tombol-tombol yang sering digunakan secara bersamaan agar tidak berada di sebelah satu sama lain. Hasilnya adalah tata letak QWERTY, yang secara acak menyebarkan huruf-huruf yang paling sering digunakan.

Mengapa QWERTY Bertahan?

Meskipun tata letak QWERTY awalnya dirancang untuk mengatasi masalah mekanis, ia tetap bertahan hingga hari ini meskipun teknologi telah berkembang jauh. Ada beberapa alasan mengapa QWERTY terus digunakan:

  1. Standarisasi: Pada awal abad ke-20, QWERTY menjadi standar industri untuk mesin ketik, terutama setelah perusahaan mesin ketik Remington mengadopsinya. Karena QWERTY sudah dikenal luas dan digunakan oleh banyak orang, perubahan tata letak akan membutuhkan waktu dan upaya besar untuk mengadaptasinya.
  2. Penguasaan oleh Pengguna: Banyak orang telah terbiasa menggunakan keyboard QWERTY, dan beralih ke tata letak yang berbeda akan membutuhkan pembelajaran ulang yang signifikan. Kemampuan mengetik dengan cepat dan akurat adalah keterampilan yang dibangun dengan latihan, dan mengubah tata letak akan mengganggu efisiensi pengguna.
  3. Ketidakefisienan yang Diterima: Meskipun ada tata letak alternatif yang diklaim lebih efisien, seperti Dvorak, QWERTY telah bertahan karena “ketidakefisienan yang diterima.” Pengguna terbiasa dengan tata letak ini, dan manfaat dari peralihan ke tata letak lain dianggap tidak cukup besar untuk membenarkan upaya dan biaya perubahan.

Efisiensi vs. Tradisi

Selama bertahun-tahun, berbagai tata letak alternatif telah diusulkan dengan klaim bahwa mereka lebih efisien daripada QWERTY. Misalnya, tata letak Dvorak yang dirancang pada tahun 1930-an menempatkan huruf-huruf yang paling sering digunakan pada baris tengah, yang bertujuan untuk mengurangi perpindahan jari dan meningkatkan kecepatan mengetik. Namun, meskipun lebih efisien secara teoritis, tata letak ini tidak pernah menggantikan QWERTY sebagai standar utama.

Ini menunjukkan bahwa tradisi dan kebiasaan sering kali memiliki pengaruh lebih besar daripada efisiensi. Keyboard QWERTY mungkin bukan yang paling efisien dari segi desain, tetapi ia telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang sulit untuk diubah.

Kesimpulan

Keyboard QWERTY adalah hasil dari kebutuhan untuk mengatasi masalah mekanis pada mesin ketik awal, dan tata letaknya yang acak tetap bertahan hingga saat ini. Meskipun ada alternatif yang lebih efisien, QWERTY telah menjadi standar industri yang diakui secara global, dan upaya untuk mengubahnya tidak pernah berhasil karena pengguna telah terbiasa dengan tata letak ini. Dalam dunia di mana tradisi sering kali mengalahkan efisiensi, QWERTY tetap menjadi tata letak keyboard yang dominan di seluruh dunia.