Platform media sosial kini menjadi pedang bermata dua bagi generasi muda. Di satu sisi, teknologi digital membuka peluang besar bagi anak dan remaja untuk mengakses informasi dan berkreasi. Namun, di sisi lain, ancaman seperti perundungan daring, konten tidak pantas, dan risiko keamanan lainnya mengintai mereka di dunia maya.
Dalam diskusi bertajuk Menciptakan Pengalaman Digital yang Lebih Aman bagi Remaja yang digelar di kantor Meta Indonesia, Jakarta, Selasa (18/2/2025), Direktur Kebijakan Publik Meta Asia Tenggara, Rafael Frankel, menegaskan pentingnya perlindungan anak di ruang digital. Ia pun sejalan dengan langkah pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), dalam merancang regulasi Medsos untuk Anak guna menjamin keamanan mereka saat berselancar di dunia maya.
Alih-alih menerapkan larangan ketat bagi anak dan remaja dalam menggunakan media sosial, Meta lebih memilih pendekatan pengawasan berbasis teknologi dengan memberi kendali lebih besar kepada orang tua. Langkah ini telah dilakukan melalui fitur Parental Supervision Tools di Instagram dan yang terbaru, peluncuran Teen Accounts, akun Instagram khusus untuk pengguna berusia 13-17 tahun yang dilengkapi dengan pengaturan ketat untuk menjaga pengalaman digital mereka tetap aman.
“Kita perlu mengubah pembicaraan ini agar lebih fokus pada pengalaman online yang lengkap bagi anak dan remaja Indonesia. Kita perlu benar-benar menyelaraskan pemberian alat kepada para orang tua, dan memfokuskan regulasi bagi orang tua untuk mengawasi dan mengendalikan pengalaman online anak remaja mereka,” jelas Rafael dalam diskusi di kantor Meta Indonesia, Selasa (18/2/2025).
Diluncurkan pada awal Februari 2025 untuk pengguna di Indonesia, Teen Accounts mengajak para orang tua agar lebih terlibat dalam aktivitas digital anak-anak mereka. Akun khusus remaja ini memiliki serangkaian fitur yang berbeda dari akun Instagram untuk orang dewasa. Secara otomatis, sistem akan membatasi interaksi dengan akun yang mencurigakan, menyajikan konten sesuai usia, serta membantu pengguna dalam mengatur durasi penggunaan aplikasi.
Dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), sistem moderasi konten Teen Accounts akan menyaring unggahan yang berpotensi membahayakan. Anak remaja pun dapat terlindungi dari paparan konten negatif, termasuk ketelanjangan, perundungan daring, kekerasan, hingga konten eksplisit secara seksual.
Di kesempatan yang sama, Meta juga mengungkapkan keinginannya untuk berdiskusi langsung dengan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, guna membahas regulasi perlindungan anak di dunia digital. “Kami ingin berbincang dengan (Menkomdigi) ibu Meutya untuk berdiskusi dan berdialog, karena jelas sangat penting bagi kami untuk membahas hal ini (aturan perlindungan anak di media sosial),” kata Rafael.
Dengan langkah-langkah ini, Meta berharap dapat menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan nyaman bagi anak serta remaja, sekaligus mendorong peran aktif orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka di dunia maya.