Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, menyatakan bahwa Israel telah dipaksa bertekuk lutut oleh Gaza, merujuk pada gencatan senjata yang baru saja terjadi di wilayah Palestina.
Kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel, Iran sebagai pendukung kelompok militan Hamas, dan musuh bebuyutan lainnya mulai diberlakukan lebih dari seminggu yang lalu. Langkah ini bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan.
“Gaza yang kecil dan terbatas telah membuat rezim Zionis, yang bersenjata lengkap, dan didukung penuh oleh Amerika, bertekuk lutut,” kata Khamenei dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat di Teheran, dilansir AFP, Selasa (28/1/2025).
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, mengecam usulan Presiden AS Donald Trump yang menyarankan pemindahan warga Palestina dari Gaza ke negara lain, seperti Mesir atau Yordania.
“Pemaksaan politik dan manipulasi demografi tidak akan mampu memaksa warga Palestina untuk bermigrasi,” kata Baqaei dalam sebuah posting di X, seraya menambahkan bahwa Gaza adalah “tanah air” warga Palestina dan mereka telah membayar harga yang sangat tinggi untuk tetap tinggal di sana”.
Perang di Gaza dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan 1.210 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil, menurut perhitungan AFP yang mengacu pada data resmi Israel.
Militan juga berhasil menyandera 251 orang, dengan 87 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk puluhan yang, menurut pihak Israel, telah meninggal.
Serangan balasan Israel telah mengakibatkan lebih dari 47.000 korban jiwa di Gaza, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, menurut data dari kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas, yang dianggap dapat diandalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
