Sebuah video yang memperlihatkan aksi perundungan di kalangan pelajar SMP di Kabupaten Tanggamus, Lampung, baru-baru ini menjadi viral di media sosial, memicu keprihatinan luas di kalangan masyarakat. Video tersebut menunjukkan seorang siswa SMP Negeri 1 Pematang Sawah yang menjadi korban kekerasan oleh teman-teman sekolahnya sendiri. Kejadian ini menggambarkan betapa seriusnya masalah perundungan di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi setiap pelajar.
Dalam video yang beredar, terlihat dua pelajar mengenakan seragam pramuka sedang terlibat dalam pertengkaran. Salah satu dari mereka sempat terduduk lemas setelah menerima pukulan dari lawannya. Ironisnya, sejumlah pelajar lainnya yang berada di lokasi kejadian hanya menonton tanpa melakukan intervensi untuk menghentikan kekerasan tersebut. Ketika korban akhirnya berdiri, wajahnya tampak kesakitan dan ia kembali dipukul hingga terjatuh ke tanah. Aksi brutal ini menuai kecaman keras dari warganet yang mengecam tindakan perundungan tersebut.
Menanggapi viralnya video ini, Kapolres Tanggamus, AKBP Rivanda, segera mengonfirmasi kebenaran kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengunjungi lokasi kejadian dan sekolah yang terlibat. “Iya benar, tim sudah ke lokasi kejadian. Sudah ke sekolah tempat siswa itu belajar, tapi akan dilakukan mediasi terlebih dahulu,” ujar AKBP Rivanda pada Selasa, 13 Agustus 2024.
Hingga saat ini, detail penyebab perundungan tersebut masih dalam tahap penyelidikan. AKBP Rivanda menjelaskan bahwa dugaan awal menunjukkan adanya konflik antara kakak kelas dan adik kelas. “Informasi awal soal senior-junior. Jadi itu antara kakak dan adik kelas. Saat ini masih kami dalami terlebih dahulu, mohon bersabar, nanti akan kami informasikan lebih lanjut,” pungkasnya.
Kejadian ini menambah daftar panjang insiden perundungan di lingkungan sekolah yang berujung pada trauma dan dampak psikologis bagi para korban. Perundungan, yang sering kali dianggap sepele oleh sebagian orang, sebenarnya memiliki konsekuensi jangka panjang yang sangat serius bagi perkembangan mental dan emosional seorang anak. Lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan kondusif untuk belajar justru berubah menjadi sumber ketakutan bagi para siswa yang menjadi korban.
Kasus ini sekali lagi menegaskan pentingnya peran semua pihak, termasuk sekolah, orang tua, dan pemerintah, dalam mencegah serta menangani kasus perundungan dengan tegas. Pendidikan tentang bahaya perundungan serta pentingnya empati dan solidaritas antar siswa perlu terus ditanamkan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Selain itu, perlu adanya dukungan psikologis bagi korban perundungan untuk memastikan mereka dapat pulih dari trauma yang dialami. Mediasi yang direncanakan oleh pihak kepolisian diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam menyelesaikan masalah ini, namun tindakan preventif dan edukatif tetap menjadi kunci utama dalam mengatasi permasalahan perundungan di sekolah-sekolah.
Kasus ini harus menjadi cerminan bagi kita semua bahwa kekerasan, dalam bentuk apapun, tidak boleh dibiarkan terjadi, terutama di lingkungan pendidikan. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dan dukungan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat dan seimbang.