Dugaan praktik tidak jujur dalam proses Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2025 kembali mencuat ke permukaan. Temuan mengejutkan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuka tabir bahwa sejumlah peserta menggunakan perangkat canggih secara terselubung untuk mencuri kesempatan dalam sistem seleksi perguruan tinggi.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, tak tinggal diam melihat persoalan ini. Ia menyebut bahwa pelanggaran integritas dalam ujian masuk perguruan tinggi bukanlah sekadar penyimpangan prosedural, melainkan sebuah persoalan yang menggerogoti nilai-nilai kejujuran di dunia pendidikan.
“Temuan kecurangan dalam UTBK-SNBT 2025 ini, merupakan permasalahan serius. Tentu kita perlu mendorong Panitia SNPMB untuk memperketat sistem pengawasan dan memperbarui teknologi deteksi kecurangan di setiap titik ujian,” kata Lalu saat dihubungi, Sabtu (3/5/2025).
Teknologi: Pedang Bermata Dua
Temuan dari KPK mengungkapkan bahwa sejumlah peserta UTBK menyalahgunakan kemajuan teknologi untuk melakukan aksi curang secara halus namun terencana. Sejumlah alat seperti kamera tersembunyi yang disisipkan di kacamata, behel gigi, bahkan headset mungil di telinga digunakan layaknya alat mata-mata untuk mencuri jawaban.
“Temuan kecurangan, seperti kamera tersembunyi di behel gigi, kancing baju, hingga kuku, menunjukkan bahwa pelaku kecurangan semakin canggih, sehingga langkah-langkah preventif juga harus jauh lebih inovatif,” ujar Lalu.
Lalu menekankan perlunya transparansi dari pihak penyelenggara SNPMB untuk mengungkap area-area rentan yang rawan dimanfaatkan oleh pelaku kecurangan. Ia juga meminta agar strategi pencegahan dirancang secara terbuka, agar masyarakat, khususnya dunia pendidikan, dapat memahami situasi sebenarnya.
“Panitia SNPMB, juga perlu menjelaskan peta kerawanan dan rencana aksi pencegahan ke depan, secara resmi, sehingga publik pendidikan mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi dalam proses SNPMB,” sambungnya.
Penegakan Hukum dan Edukasi Moral Harus Seiring
Lebih jauh, DPR juga mendorong penyempurnaan aturan yang mengatur penyelenggaraan seleksi masuk perguruan tinggi. Sanksi tegas diperlukan bagi peserta maupun pihak luar yang membantu praktik kecurangan, namun Lalu menggarisbawahi bahwa sanksi tidak cukup jika tidak disertai pembinaan nilai kejujuran sejak awal.
“Kami juga mendorong penguatan regulasi terkait penyelenggaraan seleksi masuk perguruan tinggi, termasuk memperjelas sanksi bagi peserta yang curang dan pihak-pihak yang membantu. Edukasi publik soal pentingnya kejujuran harus diperkuat, agar nilai integritas tidak hanya ditegakkan melalui sanksi, tapi juga dibangun melalui kesadaran kolektif,” tutur Lalu.
“Kami berharap bahwa seleksi nasional benar-benar nantinya dapat menjadi ajang mencari generasi terbaik bangsa dengan cara-cara yang bermartabat,” imbuh Lalu.
KPK: Kecurangan UTBK Adalah Bentuk Korupsi
Sementara itu, Wakil Ketua KPK Ibnu Basuki Widodo juga turut menyoroti praktik curang dalam UTBK. Ia menegaskan bahwa tindakan manipulatif yang terjadi dalam seleksi masuk kampus negeri ini tidak bisa dianggap ringan.
“Ternyata telah ditemukan pada saat ujian masuk perguruan tinggi itu, adanya suatu kecurangan. Ini yang namanya koruptif, kecurangan, untuk melihat soal-soal, sehingga bisa dibaca oleh orang lain,” kata Ibnu di gedung ACLC KPK, Jakarta, Jumat (2/5).
Ibnu mengungkap bahwa metode curang yang digunakan peserta melibatkan teknologi mikro, yang disamarkan dalam aksesori dan alat bantu yang tak lazim digunakan saat ujian. Ia menekankan bahwa kecanggihan teknologi semestinya digunakan untuk mendukung integritas, bukan sebaliknya.
“Jadi, dengan perkembangan teknologi yang bersifat antikoruptif, segera diatasi, dan semoga yang demikian itu tidak ada lagi, sehingga kecurangan-kecurangan di dalam masuk perguruan tinggi bisa dihindari atau diminimalisir,” sebutnya.
Catatan Redaksi:
Kecurangan dalam dunia pendidikan adalah seperti retakan kecil di dinding masa depan bangsa. Jika tidak segera diperbaiki, bukan hanya nilai yang runtuh, tapi juga harapan terhadap generasi mendatang. Langkah korektif, preventif, dan edukatif kini jadi kebutuhan mendesak.
Ingin saya buatkan infografis atau visualisasi ringkas tentang modus curang yang digunakan peserta UTBK?